HJB Magfirah
Essay:
Bahtiar Parenrengi
Kita patut bersyukur karena kita ber Hari Jadi Bone (HJB) saat bulan ramadhan. HJB kita peringati tiap 6 April ini tentu bernuansa lain. Sebab kita memperingati disaat melaksanakan puasa Ramadhan.
Tak ada jamuan makan siang. Pun tidak ada suguhan kesenian pada hari yang bernilai historis ini. Yang ada hanya rapat paripurna di gedung DPRD Bone, yang dihadiri oleh Bupati, Wakil Bupati Bone dan anggota forkopimda.
Harapan kita, semoga rapat paripurna di gedung DPRD Bone berjalan lancar. Berjalan sesuai rencana, dihadiri oleh seluruh orang terhormat. Karena kehadiran mereka sangat berarti, sebab ke 45 nya mewakili kita hadir untuk merayakan kegembiraan.
Semoga harapan kita terwujud. Bukan justru sebaliknya, orang-orang terhormat itu memilih tak hadir tanpa ada alasan yang tepat.
“Melleki tapada melle; tapada mamminanga; tasiyallabuang.” Pepatah tersebut memiliki arti marilah kita menjalin hubungan baik, supaya apa yang dicita-citakan bisa menjadi kenyataan.
Nasehat leluhur ini berarti bahwa kesuksesan sendiri atau bersama juga ada andil dari campur tangan orang lain.
Hendaknya, kita tetap menjalin hubungan baik satu sama lainnya. Sebab menjalin hubungan baik dengan orang lain tentu akan membukakan pintu kesuksesan baik pribadi ataupun bersama.
Dengan demikian, kita pun akan mewujudkan sebuah harapan, seperti dalam
Tema HJB 2023 : SISENGE’ MATTULU TELLU yang memiliki arti, Saling Mengingat karna Ikatan Persaudaraan yang Sangat Erat.
Ya, HJB yang ke 693 tahun ini memang memiliki nilai relegi. Nilai harapan keIlahian. Karena disaat memperingatinya, kita dalam suasana Ramadhan Maghfirah, Fase ampunan.
Pada 10 (sepuluh) hari kedua ini adalah fase maghfiroh (ampunan). Tentu Allah akan memberi ampunan. Kita akan lahir menjadi “orang Bone” yang bersih dari dosa.
Semoga.
Laporan Ani Hammer